dalam setiap pertemuan pasti ada perpisahan…
Mengalami sebuah perpisahan bukanlah suatu hal yang mudah. beberapa kali saya mengalami hal itu sungguh sangat berat terasa. terutama berpisah dengan sesuatu yang kita sayangi, kita hargai dan kita hormati. Sungguh merupakan ujian tersendiri bagi kita yang merasakannya.
Setelah hampir empat tahun bersama-sama membangun Bananakustik akhirnya Rea (a.k.a Dani Nurhandreani) menyatakan untuk mundur. Ia mempunyai beberapa alasan yang cukup kuat untuk meninggalkan Bananakustik dan menyibukkan diri dengan akivitas lain. Namun, hal tersebut mungkin tidak bisa kami jelaskan disini untuk kepentingan privasi. Saya mengakui bahwa pertemuan saya dengan Dani terjadi di Band dan kami sama-sama membangun band (Bananakustik) dari nol hingga sekarang telah mencapai hampir empat tahun. Semua saya lalui dengan penuh antusias dan dedikasi disamping bisa bertemu belahan hati saya itu. Saya selalu ingat kata-kata bahwa hubugan saya dengan dirinya harus bisa dipisahkan dari band dan kami masing-masing harus menjaga profesionalitas untuk meyakinkan personil lain bahwa memang tidak ada masalah dengan hubungan khusus dalam satu band.
Nyatanya kami membuktikan bahwa kami selalu bisa bertindak profesional bahkan dampak bagi band jauh menjadi lebih baik (dalam pandangan saya) dibanding sebelum kami bersama. Pendek kata saya tidak hanya membangun Bananakustik tetapi berusaha membangun band berbarengan dengan urusan pribadi dan itu ternyata sangat mengasyikan. Satu, dua, tiga tahun berjalan dengan lancar meskipun ternyata banyak tantangan yang harus kami lalui karena selain saya harus memperhatikan band dalam aktivitasnya, saya juga harus memperhatikan Dani sebagai pacar saya. Namun, semua saya lalui dengan senang, ikhlas, tulus, dan penuh dedikasi. hampir tidak pernah ada perasaan lelah, ataupun jenuh karena selalui diobati dengan melihat Dani setiap aktivitas band.
Saya selalu merasa gembira setiap kali datang jadwal latihan, jadwal manggung, atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan band karena kegiatan itu juga dibarengi dengan bertemu Dani yang sangat saya tunggu-tunggu. Sejauh apapun saya harus menjemput, sesulit apapun cuaca saya selalu menikmatinya. Saya ingat sewaktu mengantar Dani hingga hujan, atau saat Dani sakit dan kami berhenti ditengah jalan untuk istirahat sejenak mencari makan. Saya anggap ini suatu proses yang harus saya lewati sebelum mendapatkan buah kesukesan.
Namun, tuhan berkata lain. Dani dengan segala alasannya lebih memilih untuk keluar dari Bananakustik. Saya juga mengalami tantangan yang sangat berat yang tidak bisa saya ceritakan disini. Sempat saya ragu untuk melanjutkan band karena setelah Dani keluar bagaimana saya harus menyikapinya (abg labil mode : on).
Akan tetapi, saya sudah bertekad bahwa band hanyalah suatu hobi saya yang saya akan sukai jika ini hanya sebatas penghibur akhir pekan atau pelepas penat kerja bukan sebagai profesi. Pengalaman saya lama di dunia musik membuat saya melihat bahwa memang lebih asyik jika musik saya nikmati bukan saya sandarkan menjadi kehidupan. Saya sempat kesal sendiri waktu repotnya mengisi acara pernikahan atau acara pesta-pesta lainnya karena kami dipaksa untuk memainkan lagu yang kami tidak tahu, semua orang ingin nyanyi, saya tidak nyaman dengan itu. Saya sadar bahwa kenikmatan saya nge-band tidak sebanding harganya dengan mengorbankannya untuk sejumlah uang hasil bayaran manggung.
Sangat sedih memang jika kita mengalami suatu perpisahan. Mungkin saya harus melihat sisi baiknya untuk lebih mensyukuri keluar-nya Dani dari band. Semoga saja hikmahnya lebih baik dan hari esok hubungan kami menjadi lebih baik.
we need energy…we need plenty of new energy…(Bananakustik New Energy)